BAB
I
Pendahuluan
A. Latar
Belakang
Saat
ini pola hidup yang tidak sehat tentunya akan menimbulkan berbagai macam
permasalahan kesehatan. Utamanya bagi sistem kardiovaskuler. Keluhan utama yang
sering terjadi pada gangguan sistem kardiovaskuler ialah nyeri dada,
berdebar-debar dan sesak napas. Keluhan tambahan lainnya yang mungkin menyertai
keluhan utama, ialah poerasaan cepat lelah, kemampuan fisik menurun dan badan
sering terasa lemas, perasaan seperti mau pingsan (fainting) atau sinkope, kaki
rasa berat atau membengkak, perut kembung atau membuncit disertai kencing yang
berkurang, kadang-kadang terlihat kebiruan ( cyanotic spells ), batuk atau
hemoptisis dengan dahak yang kemerahan, sering berkeringat dingin dan lemas
dengan perasaan tidak enak pada perut bagian atas.
Salah satu jenis gangguan pada sistem
kardiovaskuler yang dibahas dalam makalah ini yakni angina pectoris. Angina
pectoris ialah suatu sindrom klinis dimana terjadi sakit dada yang khas, yaitu
seperti tertekan atau terasa berat di dada yang sering menjalar ke lengan kiri.
Sakit dada tersebut biasanya timbul pada waktu melakukan aktivitas dan segera
menghilang bila pasien beristirahat.
Pada tahun 2005, secara global diperkirakan 7,6 juta
penduduk meninggal karena serangan jantung. Di Indonesia, data Survei Sosial
Ekonomi Nasional (Susenas) 2004 menunjukkan 1,3% penduduk umur >15 tahun
pernah didiagnosis sakit jantung oleh tenaga kesehatan selama hidupnya sebesar
dan 0,9% yang pernah diobati. Pengalaman sakit jantung menurut gejala (angina
pectoris) dilaporkan oleh 51 per 1000 penduduk umur >15 tahun dan 93% di
antaranya tidak tercakup oleh sistem pelayanan kesehatan. Laporan nasional
Riskesdas 2007 menunjukkan proporsi kematian akibat penyakit jantung iskemik
pada populasi semua umur sebesar 5,1%. Sebesar 7,2% pernah mengalami gejala
penyakit jantung dan 13% di antaranya sudah pernah didiagnosis oleh tenaga
kesehatan. Gejala penyakit jantung yang ditanyakan langsung kepada responden di
Riskesdas 20076 meliputi 5 gejala namun yang lebih spesifik untuk penyakit
jantung adalah pertanyaan yang mengarah ke gejala angina pektoris. Faktor
risiko angina pektoris sama dengan faktor risiko penyakit jantung koroner,
yaitu umur tua, riwayat keluarga menderita penyakit jantung pada usia muda,
merokok, aktivitas fisik yang kurang, pola makan yang tidak sehat, minum
beralkohol, obesitas, diabetes, dislipidemia, hipertensi, dan stress.
Oleh karena itu sebagai calon seorang
perawat professional diharapkan mampu mengerti serta melaksanakan asuhan
keperawatan yang tepat pada pasien dengan berdasarkan etiologi atau
faktor-faktor yang berkaitan dengan penyakit tersebut. Sesuai dengan konsep
yang sudah ada yakni pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi.
Berdasarkan
data diatas, kami
tertarik mengambil materi pembahasan mengenai Angina pectoris.
B. Tujuan
Penulisan
1. Tujuan
Umum
yaitu agar mahasiwa s1
keperawatan upn mengetahui tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan angina pectoris,
2. Tujuan
Khusus
Yaitu agar mahasiwa s1 keperawatan upn mengetahui
dan memahami tentang:
a. Anatomi
dan Fisiologi Jantung
b. Definisi
Angina Pektoris
c. Etiologi
Angina Pektoris
d. Patofisiologi
Angina Pektoris
e. Manifestasi
klinis Angina Pektoris
f. Komplikasi
Angina Pektoris
g. Penatalaksanaan
medis Angina Pektoris
h. Pemeriksaan
diagnostik Angina Pektoris
i.
Asuhan Keperawatan
Angina Pektoris
C. Ruang
Lingkup Penulisan
Dalam
penulisan makalah ini penulis membahas tentang penyakit angina pektoris dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan dan diambil dari berbagai sumber baik
dari buku maupun dari website serta penulis membatasi topik pada materi angina
pectoris.
D. Metode
Penulisan
Metodologi yang digunakan dalam
penulisan makalah ini adalah metode narasi yaitu dengan cara mengumpulkan data
dan mencari sumber-sumber yang mendukung.
E. Sistematika
Penulisan
Sistematika
penulisan laporan tentang angina pektoris ini terdiri dari 3 bab, masing-masing
BAB terdiri dari sub-sub bahasan yaitu :
1. Bab
I Pendahuluan
Terdiri dari latar
belakang, tujuan dan penulisan, ruang lingkup, metodologi penulisan, dan
sistematika.
2. Bab
II Tinjauan Teori
Terdiri dari anatomi
dan fisiologi jantung, definisi angina pektoris, etiologi angina pektoris,
patofisiologi angina pektoris, manifestasi klinis angina pektoris, komplikasi
angina pektoris, penatalaksanaan medis, asuhan keperawatan.
3. BAB
III Tinjauan Kasus
Terdiri dari pengkajian,data fokus,
analisa data, intervensi, implementasi dan evaluasi
4. BAB
IV Pembahasan
Terdiri
dari kesenjangan teori dengan kasus
5. BAB
V Penutup
Terdiri dari
kesimpulan, saran, dan daftar pustaka.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Anatomi
Jantung
Jantung merupakan organ vital dalam
tubuh manusia. Jantung adalah sebuah organ berotot dengan empat ruangan yang
terletak dirongga dada, dilindungi tulang iga, sedikit kesebelah kiri strenum.
Fungsi utama jantung adalah untuk memompa darah keseluruh jaringan tubuh untuk
mengangkut nutrisi dan O2 dan mengeluarkan CO2 dan zat
sisa metabolisme serta mempertahankan perfusi yang adekuat pada organ dan
jaringan, jantung memiliki dua sistem sirkulasi, yaitu :
1. Sirkulasi
Pulmonar
Adalah jalur untuk
menuju dan meninggalkan paru-paru. Sisi kanan jantung menerima darah
terdeoksigenasi dari tubuh dan mengalirkan ke paru-paru untuk dioksigenasi,
darah yang sudah teroksigenasi kembali kesisi kiri jantung.
3. Sirkulasi
sistemik
Adalah jalur menuju dan
meninggalkan bagian tubuh. Sisi kiri jantung menerima darah teroksigenasi dari
paru-paru dan mengalirkannya keseluruh tubuh, darah yang sudah dialirkan
keseluruh tubuh akan kembalilagi kejantung melalui atrium kanan.
Selain itu juga jantung
dipersyarafi oleh sistem syaraf simpatis dan parasimpatis. Syaraf simpatis
mengirim impuls Nodus SA sehingga meninggalkan kekuatan kontraksi otot jantung.
Sedangkan syaraf parasimpatis melalui Neruus Vagus (syaraf kranial x)
mengirimkan impuls yang menghambat frekuensi jantung atau mengurangi kekuatan
kontraksi dengan memperlambat Nodus SA.
1. Ukuran
dan bentuk
Jantung adalah organ
berongga berbentuk kerucut tumpul yang memiliki empat ruang yang terletak
antara kedua paru-paru dibangun tengah rongga toraks. Dua pertiga jantung
terletak disebelah kiri garis mid sternal, basis jantung terletak disebelah
luas kanan sternum setinggi rusuk II dan III sedangkan apeks terletak sekitar
dua jari dibawah papilla mamae dan setinggi ICS V dan VI. Jantung berukuran
kurang lebih sebesar kepalan tangan pemiliknya (Ethel, 2003 : 228), berat
jantung 250-300 gram, ukuran dari basis ke apeks 9 cm dengan lebar 9 cm dan
tebal 6 cm.
2. Selaput
Jantung
a. Perikardium
Adalah kantong
berdinding ganda yang dapat membesar dan mengecil, membungkus juantung dan
pembuluh darah besar. Kantgong ini melekat pada diafragma, sternum, dan pleura
yang membungkus paru-paru. Didalam perikardium terdapat dua lapisan yakni
lapisan fibrosa luar dan lapisan serosa dalam. Perikardium fibrosa, yaitu
lapisan luar yang melekat pada tulang dada, diafragma dan pleura. Perikardium
serosa yaitu lapisan dalam dari perikardium yang terdiri dari lapisan
peristaltis, melekat pada perikardium fibrosa dan lapisan viseralis yang
melekat pada jantung yang disebut juga epikardium.
b. Diantara
keduanya terdapat rongga yang disebut rongga perikardium yang berisi sedikit
cairan pelumas atau yang disebut cairan
perikardium kurang lebih 10 atau 30 ml yang berguna untuk mengurangi gesekan
yang timbul akibat pergerakan jantung.
3. Dinding
Jantung
Terdiri dari 3 lapisan
:
a. Epikardium
(luar) tersusun dari lapisan-lapisan sel-sel mesotelial yang berada diatas
jaringan ikat.
b. Miokardium
(tengah) terdiri dari jaringan otot jantung yang berkontraksi untuk memompa
darah, kontraksi miokardium menekan darah keluar menuju arteri besar.
c. Endokardium
(dalam) tersusun dari lapisan endotelial yang melapisi pembuluh darah yang
memasuki dan meninggalkan jantung (Ethel, 2003 : 229)
4. Ruang
Jantung
Ada empat ruang, atrium
kanan dan kiri yang dipisahkan oleh septum interatrial, ventrikel kanan dan
kiri dipisahkan oleh septum interventrikular. Dinding atrium relatif lebih
tipis, atrium menerima darah dari vena yang membawa darah ke jantung.
·
Atrium kanan terletak
dalam bagian superior kanan jantung, menerima darah dari seluruh jaringan
kecuali paru-paru
a. Vena
kava superior dan inferior membawa darah yang tidak mengandung oksigen dari
tubuh kembali kenjantung
b. Sinus
coronarius membawa kembali darah dari dinding jantung itu sendiri
·
Atrium kiri terletak
dalam bagian superior kiri jantung, berukuran lebih kecil dari atrium kanan,
tetapi dindingnya lebih tebal. Atrium kiri menampung empat vena pulmonalis yang
mengembalikan darah teroksigenasi dari paru-paru.
·
Ventrikel berdinding
tebal. Bagian ini mendorong darah keluar jantung menuju arteri yang membawa
darah meninggalkan jantung.
a. Ventrikel
kanan terletak dibagian inferior kanan pada apeks jantung. Darah meninggalkan
ventrikel kanan melalui arteri pulmonalis dan mengalir melewati jalur yang
pendek ke paru-paru
b. Ventrikel
kiri terletak dibagian inferior kiri apeks jantung, tebal dindingnya 3 kali
tebal dinding ventrikel kanan, darah meninggalkan ventrikel kiri melalui aorta
dan mengalir keseluruh bagian tubuh kecuali paru-paru
c. Trabeculae
septomarginalis adalah hubungan otot bundar atau tidak teratur yang menionjol 1
dari permukaan bagian dalam kedua ventrikel ke rongga ventrikuler (Ethel, 2003
: 229)
5. Katup
Jantung
·
Katup Trikuspidalis
yang terletak antara atroium kanan dan ventrikel kanan
·
Katup bikuspidalis yang
terletak antara atrium kiri dan ventrikel kiri.
·
Katup semilunar aorta
terletak dijalur keluar ventrikular jantung-aorta
·
Katup semilunar
pulmonalis terletak dijalur keluar ventrikular jantung-arteri pulmonalis
6. Sirkulasi
Koroner
Arteri koroner kanan
dan kiri merupakan cabang aorta tepat diatas katup semilunar aorta yang
memperdarahi jantung.
a. Cabang
utama dari arteri koroner kiri (LMCA)
·
LAD (Left Anterior
Decenden), yang menyuplai darah kebagi8an anterior ventrikel kanan dan kiri
serta membentuk 1 cabang, arteri marginalis kiri yang menyuplai darah ke
ventrikel kiri.
·
Arteri koronaria
circumplex menyuplai darah ke atrium kiri dan ventrikel kiri
b. Cabang
utama dari arteri koroner kanan (RCA)
·
Arteri interventrikular
posterior (desenden), yang menyuplai darah untuk kedua dinding ventrikel
·
Arteri marginalis kanan
yang menyuplai darah untuk atrium kanan dan ventrikel kanan
·
Vena jantung
mengalirkan darah dari miokardium ke sinus koroner, yang kemudian bermuara di
atrium kanan.
·
Darah mengalir melalui
arteri koroner terutama saat otot-otot jantung berelaksasi karena arteri
koroner juga tertekan pada saat kontraksi berlangsung.
B. Fisiologi
Jantung
1. Sistem
Pengaturan Jantung
a. Nodus
Sinotrial (SA Node) adalah suatu masa jaringan otot jantung khusus yang
terletak di dinding posterior atrium kanan di bawah pembukaan vena kava
superior. Nodus SA mengatur frekuensi tentu kontraksi jantung, irama, sehingga
disebut pemacu jantung, frekuensinya 60-100 x/menit.
b. Nodus
atrioventrikular AV Node) berfungsi untuk menunda impuls seperatusan detik,
sampai ejeksi darah atrium selesai sebelum terjadi kontraksi ventrikuler
frekuensinya 40-60 x/menit
c. Serabut
Purkinje adalah serabut otot jantung, khususn yang mampu menghantarkan impuls
dengan kecepatan lima kali tepat kecapatan hantaran serabut otot jantung,
frekuensinya 20-40 x/menit
2. Siklus
Jantung
Siklus jantung
menyangkup periode dari akhir kontraksi (sistole) dan relaksasi (diastole)
jantung sampai akhir sistole dan diastole berikutnya. Kontraksi jantung
mengakibatkan perubahan tekanan dan volume darah dalam jantung dan pembuluh
utama yang mengatur pembukaan dan penutupan katup jantung serta aliran darah
yang melalui ruang-ruang dan masuk ke arteri.
3. Peristiwa
mekanik dalam siklus jantung
a. Selama
masa diastole (relaksasai(, tekanan dalam atrium dan ventrikel sama-sama
rendah, tetapi tekanan atrium lebih besar dari tekanan ventrikel.
·
Atrium secara pasif
terus-menerus menerima darah dari vena (Vena kava superior, superior, inferior,
pulmonar)
·
Darah mengalir dari
atrium menuju ventrikel melalui katup AV yang terbuka
·
Tekanan dari ventrikuler
mulai meningkat saatventrikel mengembang untuk menerima darah yang masuk
·
Katup semilunar aorta
dan pulmonar menutupo karena tekanan dalam pembuluh-pembuluh lebih besar
daripada tekanan dalam ventrikel
·
Sekitar 70% pengisian
ventrikular berlangsung sebelum sistole avalatrial.
b. Akhir
diastole ventriokular, SA Node melepas impuls, atrium berkontraksi dan
peningkatan tekanan dalam atrium mendorong tambahan darah sebanyak 30% kedalam
ventrikel.
c. Sistole
ventrikuler. Aktivitas listrik menjalar ke ventrikel yang mulai berkontraksi
tekanan dalam ventrikel meningkat dengan cepat dan mendorong katup AV segera
menuutup.
d. Ejeksi
darah ventrikular kedalam arteri dan aorta
·
Tidak semua darah
ventrikular dikeluarkan saar kontraksi. Volume sistolik akhir darah yang
tersisa pada akhir sistole adalah sekitar 50 ml
·
Isi sekuncup (70 ml)
adalah perbedaan volume diastole akhir (120 ml) dan volume sistole akhir (50
mL)
e. Diastole
ventrikular
·
Ventrikel
berepolarisasi dan berhenti berkontraksi. Tekanan dalam ventrikel menurun
tiba-tiba sampai dibawah tekanan aorta, dan trunkus pulmonalis, sehingga katup
semilunar tertutup (BJ 2)
·
Adanya peningkatan
tekanan aorta singkat akibat penutupan katup semilunar aorta, ventrikel kembali
menjadi rongga tertutup dalam periode isovolumetrik karena katup masuk dan
keluar menutup. Jika tekanan di ventrikel menurun, maka katup AV terbuka dan
siklus jantung dimulai kembali.
4. Curah
Jantung
a. Curah
jantung dalah volume darah yang
dikeluarkan oleh kedua ventrikel permenit volumenya kurang lebih 5 L/menit
b. Perhitungan
curah jantung (Cardiac Output, CO)
CO = HR X SV
c. Faktor-faktor
utama yang mempengaruhi CO
·
Aktivitas berat
·
Aliran balik vena ke
jantung
·
Semakin banyak serabut
otot jantung yang mengembang pada permukaankontraksi, semakin banyak isi
ventrikel. Sehingga daya kontraksi semakin besar (Hukum Frank Starling)
d. Pengaruh
tambahan pada curah jantung
·
Epineprin (Adrenalin)
dan norepinefrin meningkatkan frekuensi jantung dan daya kontraksi sehingga
curah jantung meningkat.
·
Konsentrasi kalium,
natrium, dan kalsium dalam darah serta cairan interstisial mempengaruhi
frekuensi dan curah jantungnya.
·
Usia dan ukuran tubuh
seseorang dapat mempengaruhi curah jantungnya
·
Penyakit kardiovaskuler
C.
DEFINISI
Angina pektoris adalah suatu sindroma
kronis dimana klien mendapat serangan sakit dada di dearah sternum atau
di bawah sternum (substernal) atau dada sebelah kiri yang khas, yaitu seperti
ditekan, atau terasa berat di dada yang seringkali menjalar ke lengan kiri,
kadang-kadang dapat menjalar ke punggung, rahang, leher atau ke lengan kanan.
Sakit dada tersebut biasanya timbul pada waktu pasien melakukan aktivitas dan
segera hilang bila pasien menghentikan aktivitasnya. (Prof. Dr.H.M.Sjaifoellah
Noer,1996).
Sakit dada pada angina pektoris
disebabkan karena timbulnya iskemia miokard, karena suplai darah dan oksigen ke
miokard berkurang. Serangan sakit dada biasanya berlangsung 1 sampai 5 menit,
bila sakit dada terus berlangsung lebih dari 20 menit, mungkin pasien mendapat
serangan infark miokard akut dan bukan disebabkan angina pektoris biasa. Pada
pasien angina pektoris dapat pula timbul keluhan lain seperti sesak napas,
perasaan kadang-kadang sakit dada disertai keringat dingin.
Angina pektoris adalah suatu
istilah yang digunakan untuk menggambarkan jenis rasa tidak nyaman yang
biasanya terletak dalam daerah retrosternum. (Penuntun Praktis Kardiovaskuler)
D. ETIOLOGI
Faktor
penyebab Angina Pektoris antara lain:
v Ateriosklerosis
v Spasmearterikoroner
v Anemia berat
v Artritis
v Aorta Insufisiensi
E. MANIFESTASI
KLINIS
Iskemia otot jantung akan memberi
nyeri dengan derajat yang bervariasi, mulai dari rasa tertekan pada dada sampai
nyeri hebat yang disertai dengan rasa takut atau rasa akan menjelang ajal.
Nyeri sangat terasa pada di daerah belakang sternum atas atau sternum ketiga
tengah (retrosentral). Meskipun rasa nyeri biasanya terlokalisasi, namun nyeri
tersebut dapat menyebar ke leher, dagu, bahu, dan aspek dalam ekstremitas atas.
Pasien biasanya memperlihatkan rasa
sesak, tercekik, dengan kualitas yang terus menerus. Rasa lemah atau baal di
lengan atas, pergelangan tangan, dan tangan akan menyertai rasa nyeri. Selama
terjadi nyeri fisik, pasien mungkin akan merasa akan meninggal. Karakteristik
utama nyeri tersebut akan berkurang apabila faktor presipitasinya dihilangkan.
Nyeri dada substernal ataru retrosternal menjalar ke
leher, tenggorokan daerah inter skapula atau lengan kiri Keluhan yang lain??????? Kualitas
nyeri seperti tertekan benda berat, seperti diperas, terasa panas,
kadang-kadang hanya perasaan tidak enak di dada (chest discomfort). Durasi
nyeri berlangsung 1 sampai 5 menit, tidak lebih daari 30 menit Nyeri hilang
(berkurang) bila istirahat atau pemberian nitrogliserin
ü .
F. PATOFISIOLOGI
Mekanisme timbulnya angina pektoris
didasarkan pada ketidakadekuatan suplay oksigen ke sel-sel miokardium yang
diakibatkan karena kekauan arteri dan penyempitan lumen arteri koroner
(ateriosklerosis koroner). Tidak diketahui secara pasti apa penyebab
ateriosklerosis, namun jelas bahwa tidak ada faktor tunggal yang
bertanggungjawab atas perkembangan ateriosklerosis. Ateriosklerosis merupakan
penyakir arteri koroner yang paling sering ditemukan. Sewaktu beban kerja suatu
jaringan meningkat, maka kebutuhan oksigen juga meningkat. Apabila kebutuhan
meningkat pada jantung yang sehat maka artei koroner berdilatasi dan megalirkan
lebih banyak darah dan oksigen ke otot jantung. Namun apabila arteri koroner
mengalami kekauan atau menyempit akibat ateriosklerosis dan tidak dapat
berdilatasi sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan akan oksigen, maka
terjadi iskemik (kekurangan suplai darah) miokardium.
Adanya endotel yang cedera
mengakibatkan hilangnya produksi No (nitrat Oksido yang berfungsi untuk
menghambat berbagai zat yang reaktif. Dengan tidak adanya fungsi ini dapat
menyababkan otot polos berkontraksi dan timbul spasmus koroner yang memperberat
penyempitan lumen karena suplai oksigen ke miokard berkurang. Penyempitan atau
blok ini belum menimbulkan gejala yang begitu nampak bila belum mencapai 75 %.
Bila penyempitan lebih dari 75 % serta dipicu dengan aktifitas berlebihan maka
suplai darah ke koroner akan berkurang. Sel-sel miokardium menggunakan glikogen
anaerob untuk memenuhi kebutuhan energi mereka. Metabolisme ini menghasilkan
asam laktat yang menurunkan pH miokardium dan menimbulkan nyeri. Apabila
kebutuhan energi sel-sel jantung berkurang, maka suplai oksigen menjadi adekuat
dan sel-sel otot kembali fosforilasi oksidatif untuk membentuk energi. Proses
ini tidak menghasilkan asam laktat.
Dengan
hilangnya asam
laktat nyeri akan reda.
Sejumlah
faktor yang dapat menimbulkan nyeri angina:
1. Latihan
fisik dapat memicu serangan dengan cara meningkatkan kebutuhan oksigen jantung.
2. Pajanan
terhadap dingin dapat mengakibatkan vasokontriksi dan peningkatan tekanan
darah, disertai peningkatan kebutuhan oksigen.
3. Makan
makanan berat akan meningkatkan aliran darah ke daerah mesentrik untuk
pencernaan, sehingga menurunkan ketersediaan darah unuk supai jantung.
4. Stress
atau berbagai emosi akibat situasi yang menegangkan, menyebabkan frekuensi
jantung meningkat, akibat pelepasan adrenalin dan meningkatnya tekanan darah
dengan demikian beban kerja jantung juga meningkat.
5.
G. TIPE
ANGINA
1. Angina
Pektoris Stabil
Disebut juga angina
klasik, terjadi jika arteri koroner yang arterosklerotik tidak dapat
berdilatasi untuk meningkatkan alirannya sewaktu kebutuhan oksigen meningkat.
Peningkatan kerja jantung dapat menyertai aktivitas misalnya berolah raga atau
naik tangga.
·
Awitan secara klasik
berkaitan dengan latihan atau aktifitas yang meningkatkan kebutuhan oksigen
niokard.
·
Nyeri segera hilang
dengan istirahat atau penghentian aktifitas.
·
Durasi nyeri 3 – 15
menit.
2. Angina
Pektoris Tidak Stabil
Adalah kombinasi angina
stabil dengan angina prinzmetal, dijumpai pada individu dengan perburukan
penyakit arteri koroner. Angina ini biasanya menyertai peningkatan beban kerja
jantung. Hal ini tampaknya terjadi akibat arterosklerosis koroner, yang
ditandai oleh trombus yang tumbuh dan mudah mengalami spasme.
·
Adurasi serangan dapat
timbul lebih lama dari angina pektoris stabil.
·
Pencetus dapat terjadi
pada keadaan istirahat atau pada tigkat aktifitas ringan.
·
Kurang responsif
terhadap nitrat.
·
Lebih sering ditemukan
depresi segmen
ST.
·
Dapat disebabkan oleh
ruptur plak aterosklerosis, spasmus, trombus atau trombosit yang beragregasi.
3. Angina
Prinzmental
Angina yang terjadi
karena spasme arteri koronaria. Berhubungan dengan risiko tinggi terjadinya
infark.
·
Sakit dada atau nyeri
timbul pada waktu istirahat, seringkali pagi hari.
·
Nyeri disebabkan karena
spasmus pembuluh koroneraterosklerotik.
·
EKG menunjukkan elevasi
segmen ST.
·
Cenderung berkembang
menjadi infaark miokard akut.
·
Dapat terjadi aritmia.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Elektrokardiogram
Gambaran
elektrokardiogram (EKG) yang dibuat pada waktu istirahat dan bukan pada waktu
serangan angina seringkali masih normal. Gambaran EKG kadang-kadang menunjukkan
bahwa pasien pernah mendapat infark moikard pada masa lampau. Kadang-kadang EKG
menunjukkan pembesaran ventrikel kiri pada pasien hipertensi dan angina.
Kadang-kadang EKG menunjukkan perubahan segmen ST dan gelombang T yang tidak
khas. Pada waktu serangan angina, EKG akan menunjukkan adanya depresi segmen ST
dan gelombang T menjadi negatif.
2.
Foto
Rontgen Dada
Foto
rontgen dada seringkali menunjukkan bentuk jantung yang normal, tetapi pada
pasien hipertensi dapat terlihat jantung yang membesar dan kadang-kadang tampak
adanya kalsifikasi arkus aorta.
3.
Pemeriksaan
Laboratorium
Pemeriksaan
laboratorium tidak begitu penting dalam diagnosis angina pectoris. Walaupun
demikian untuk menyingkirkan diagnosis infark miokard jantung akut maka sering
dilakukan pemeriksaan enzim CPK, SGOT, atau LDH. Enzim tersebut akan meninggi
pada infark jantung akut sedangkan pada angina kadarnya masih normal. Pemeriksaan
lipid darah seperti kadar kolesterol, HDL, LDL, dan trigliserida perlu
dilakukan untuk menemukan faktor resiko seperti hiperlipidemia dan pemeriksaan
gula darah perlu dilakukan untuk menemukan diabetes mellitus yang juga
merupakan faktor risiko bagi pasien angina pectoris.
4.
Uji
Latihan Jasmani
Karena
pada angina pectoris gambaran EKG seringkali masih normal, maka seringkali perlu dibuat suatu
ujian jasmani. Pada uji jasmani tersebut dibuat EKG pada waktu istirahat lalu
pasien disuruh melakukan latihan dengan alat treadmill atau sepeda ergometer
sampai pasien mencapai kecepatan jantung maksimal atau submaksimal dan selama
latihan EKG di monitor demikian pula setelah selesai EKG terus di monitor. Tes
dianggap positif bila didapatkan depresi segmen ST sebesar 1 mm atau lebih pada
waktu latihan atau sesudahnya. Lebih-lebih bila disamping depresi segmen ST
juga timbul rasa sakit dada seperti pada waktu serangan, maka kemungkinan besar
pasien memang menderita angina pectoris.
Di tempat yang tidak memiliki treadmill, test latihan jasmani dapat dilakukan
dengan cara Master, yaitu latihan dengan naik turun tangga dan dilakukan
pemeriksaan EKG sebelum dan sesudah melakukan latihan tersebut.
5.
Thallium
Exercise Myocardial Imaging
Pemeriksaan
ini dilakukan bersama-sama ujian latihan jasmani dan dapat menambah sensifitas
dan spesifitas uji latihan. thallium
201 disuntikkan secara intravena pada puncak latihan, kemudian dilakukan
pemeriksaan scanning jantung segera setelah latihan dihentikan dan diulang
kembali setelah pasien sehat dan kembali normal. Bila ada iskemia maka akan
tampak cold spot pada daerah yang yang menderita iskemia pada waktu latihan dan
menjadi normal setelah pasien istirahat. Pemeriksaan ini juga menunjukkan
bagian otot jantung yang menderita iskemia.
I.
TERAPI
FARMAKOLOGI
1.
Nitrogliserin
Senyawa nitrat masih merupakan obat utama untuk
menangani angina pektoris. Nitrogengliserin diberikan untuk menurunkan konsumsi
jantung yang akan mengurangi iskemia dan mengurangi nyeri agina.
Nitrogliserin adalah bahan vasoaktif yang berfungsi
melebarkan baik vena maupun arteria sehingga mempengaruhi sirkulasi
parifer.dengan pelebaran vena terjadi penggumpalan darah vena di seluruh tubuh.
Akibatnya hanya sedikit darah yang kembali ke jantung dan terjadilah penurunan
tekanan pengisian (preload). Nitrat juga melepaskan arteriol sistemik dan
menyebabkan penurunan tekanan darah (penurunan afterload). Semua itu berakibat
pada penurunan oksigen pada jantung, menciptakan suatu keadaan yang lebih
seimbang antara suplay dan kebutuhan.
Nitrogliserin biassanya diletakkan dibawah lidah
(sublinguinal) atau di pipi (kantong bukal) dan akan menghilangkan nyeri
iskemia dalam 3 menit.
·
Pasien
diminta untuk menggerakkan dan jangan menelan ludah sampai tablet nitrogliserin
larut. Bila nyeri sangat berat, tablet dapat dikunyah untuk dapat mempercepat
penyerapan dibawah lidah.
·
Sebagai
pencegahan, pasien harus selalu membawa obat ini. Nitrogliserin bersifat sangat
tidak stabil dan harus disimpan dalam botol gelap tertutup rapat. Nitogliserin
tidak dapat disimpan dalam botol plastik atau logam.
·
Nitrogliserin
mudah menguap dan menjadi tidak aktif bila terkena panas, uap, udara,cahaya
dalam waktu lama. Bila ntrogliserin masih segar, pasien akan merasa terbakar di
bawah lidah dan kadang kepala terasa tegang dan berdenyut. Persiapan
nitrogliserin harus diperbaharui setiap 6 bulan sekali.
·
Selain
menggunakan dosis yang telah ditentukan, pasien harus mengatur sendiri dosis
yang diperlukan, yaitu dosis terkecil yang dapat menghilangkan nyeri. Obat
harus digunakan untuk mengantisipasi bila akan melakukan aktivitas yang mungkin
akan mengakibatkan nyeri. Karena Nitrogliserin dapat meningkatkan toleransi
pasien terhadap latihan dan setres bila digunakan sebagai pencegahan (misal
sebelum latihan, menaiki tangga, hubungan seksual) maka lebih baik gunakan obat
ini sebelum rasa nyeri muncul.
·
Pasien
harus mengingat berapa lama kerja nitrogliserin dalam menghilangkan nyeri, bila
nyeri tidak dapat dikurangi dengan notrogliserin, harus dicurigai adanya infark
miokardium.
·
Bila
nyeri menetap setelah memakai tiga (3) tablet sublingual dengan interval 5
menit, pasien dianjurkan segera dibawa fasilitas perawatan darurat terdekat.
Efek samping nitrogliserin meliputi
rass panas, sakit kepala berdenyut, hipertensi, dan takikardi. Penggunaan
preparat nitrat long-acting masih diperdebatkan. Isrobid dinitrat (isordil)
tampaknya efeksamping 2 jam bila digunakan di bawah lidah, tapi efeknya tidak
jelas bila diminum peroral.
Salep Nitrogliserin Topikal. Nitrogliserin juga tersedia dalam bentuk
Lnilin-petrolatum. Bentuk ini dioleskan di kulit sebagai perlindungan terhadap
nyeri angina dan mengurangi nyeri. Bentuk ini sangat berguna bila digunakan
pada pasien yang mengalami angina pada malam hari atau yang menjalankan
aktivitas dalam waktu yang cukup lama (misal main golf) karena mempunyai efek
jangka panjang sampai 24 jam. Biasanya dosis ditingkatkan sampai sakit kepala
atau efek berat terhadap tekanan darah atau tekanan jantung, kemudian diturunka
sampai dosis tertinggi yang tidak menimbulkan efek samping tersebut. Cara
pemakaian salep biasanya dilampirkan pada kemasan.
Pasien diingatkan untuk mengganti
tempat yang akan dioleskan salep untuk mencegah iritasi kulit. Penyekat Beta-adrenergik.
Bila pasien tetap
menderita nyeri dada meskipun telah mendapat nitrigliserin dan merubah gaya
hidup, maka diperlukan bahan penyekat beta adrenergik. Propanolol hidroklorit (
Inderal) masih merupakan obat pilihan. Obat ini berfungsi menurunkan konsumsi
oksigen dengan menhambat impuls simpatis ke jantung. Hasilnya terjadi penurunan
frekuensi jantung, tekanan darah, dan kontraksi jantung yang menciptakan suatu
keseimbangan antara kebutuhan oksigen jantung dan jumlah oksigen yang tersedia.
Hal ini dapat membantu mengontrol nyeri dada dam memungkinkan pasien bekerja
atau berolahraga. Propanolol dapat diberikan bersama isorbid dinitrat sub
lingual atau oral untuk mencegah nyeri angina. Propanolol dibersihkan
oleh hati dengan kecepatan bervariasi, tergantung dari masing-masing pasien.
Biasanya diberikan dengan interval 6 jam, efek sampingnya meliputi kelemahan
muskuloskeletal, bradikardia,
dan depresi mental.
Bila propanolol diberikan, maka
tekanan darah dan frekuensi jantung harus dipantau (dengan posisi pasien tegak)
2 jam setelah pemberian obat. Pemberian dapat dilakukan oleh anggota keluarga
dirumah atau petugas kesehatan. Jika tekanan darah turun secara mendadak, maka
perlu diberikan vasopresor. Bila terjadi brakikardi berat, atropin merupakan
atridot pilihan. Juga penting diingat bahwa propanolol dapat mencetus gagal
jantung kongesti dan asma.
·
Pasien diperingatkan
untuk tidak berhenti minum propanolol secara mendadak, karena ada bukti bahwa
angina akan menjadi lebih parah dan dapat timbul infark miokardium, bila
dihentikan secara mendadak.
Antagonis Ion Kalsium/Penyekat Kanal. Penyekat atau antagonis kalsium memiliki
sifat yang sangat berpengaruh kebutuhan dan suplai oksigen jantung, jadi
berguna untuk menangani angina. Secara fisiologis, ion kalsium berperan
ditingkat sel mempengaruhi kontraksi semua jaringan otot dan berperan dalam
stimulus listrik pada jantung.
Antagonis/ penyekat ion kalsium
meningkatkan suplai oksigen jantung dengan cara melebarkan dinding otot polos
arteriol koroner dan mengurangi kebutuhan jantung dengan menurunkan tekanan
arteri sistemik dan, demikian juga beban kerja ventrikel kiri. Tiga Antagonis/
penyekat ion kalsium yang biasa digunakan adalah nifedipin (Prokardia),
verapamil (Isoptin, Calan) dan diltiazen ( Cardizem). Efek vasodilatasi
obat-obat tersebut, terutama pada sirkulasi koroner, berguna untuk angina yang
diakibatkan oleh vasospasme koroner (angina prinzmetal).
Penyekat kalsium harus digunakan
secara hati-hati pada pasien gagal jantung karena obat ini akan menyekat
kalsium yang mendukung kontraktilitass. Hipotensi dapat terjadi pada pemberian
intra vena (IV). Efek samping yang bisa terjadi adalah konstipasi, distres
lambung, pusing atau sakit kepala.
Antagonis/penyekat kalsium biasanya
diberikan tiap 6-12 jam. Untuk setiap individu dosis terapeutiknya berbeda. Aspirin, banyak studi telah
membuktiksn bahwa aspirin dapat mengurangi kematian jantung
dan infark fatal maupun non fatal dari 51% -72% pada pasien dengan angina tak
stabil. Oleh klarena itu aspirin dianjurkan untuk diberikan seumur hidup dengan
dosis awal 160 mg perhari dan dosis selanjutnya 80 sampai 3325 mg perhari.
2. Tiklopidin
Suatu derivat tienopiridin merupakan obat lini kedua
dalam pengobatan angina tak stabil bila pasien tidak tahan aspirin. Studi
dengan tiklopidin dibandingkan plasebo pada angina tak stabil ternyata
menunjukkan bahwa kematian dan infark non fatal berkurang 46,3%. Dalam
pemberian tiklopidin harus diperhatikan efek samping granulositopenia, dimana
insidens 2,4%. Dengan adanya klopidogrel yang lebih aman pemakaian tiklopidin
mulai ditinggalkan.
Inhibitor Glikoprotein IIb/IIIa. Ikatan fibrinogen
dengan reseptor GP Iib/IIIa pada platelet ialah ikatan terakhir pada proses
agregasi platelet. Karena inhibitor GP IIb/IIIa menduduki reseptor tadi maka
ikatan platelet dengan fibrinogen dapat dihalangi dan agregasi platelet tidak
terjadi.
3.
Obat Anti Trombin:
a.
Unfractionated Heparin
Heparin adalah
glikosaminoglikan yangterdiri dari pelbagai polisakarida yang berbeda
panjangnya dengan aktivitas antikoagulan yang berebda-beda. Antitrombin III,
bila terikat dengan heparin, akan bekerja menghambat trombin dan faktor Xa.
Heparin juga mengikat protein plasma yang lain, sel darah dan sel endotel, yang
akan mempengaruhi bioavailabilitas. Kelemahan lain heparin adalah efek terhadap
trombus yang kaya trombosit dan heparin dapat dirusak oleh platelet faktor IV.
b.
Low Molecular Weight
Heparin
Low molecular weight
heparin (LMWH) dibuat dengan melakukan depolimerasi rantai polisakarida
heparin. Kebanyakan mengandung sakarida kurang dari 18 dan hanya bekerja pada
factor Xa, sedangkan heparin menghambat factor Xa dan trombin. Dibandingkan
dengan unfractionated heparin, LMWH mempunyai ikatan terhadap protein plasma
kurang, bioavailabilitas lebih besar dan tidak mudah dinetralisir oleh faktor
IV, lebih besar pelepasan tissue factor pathway inhibitor (TFPI) dan kejadian
trombositopenia lebih sedikit.
c.
Direct Trombin
Inhibitors
Direct trombin
inhibitor secara teoritis mempunyai kelebihan karena bekerja langsung mencegah
pembentukan bekuan darah, tanpa dihambat oleh plasma protein maupun platelet
faktor IV. Activated partial thromboplastin time dapat dipakai untuk memonitor
aktivitas antikoagulasi, tetapi biasanya tidak perlu. Hirudin dapat menurunkan
angka kematian infark miokard, tetapi komplikasi perdarahan bertambah.
Bivalirudin juga menunjukkan efektivitas yang sama dengan efek samping
perdarahan kurang dari heparin. Bilivarudin telah disetujui untuk menggantikan
heparin pada pasien angina tyak stabil yang menjalani PCI. Hirudin maupun
bivalirudin dapat menggantikan heparin bila ada efek samping trombositopenia
akibat heparin (HIT).
J. PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan medis angina
adalah untuk menurunkan kebutuhan oksigen jantung dan untuk meningkatkan suplai
oksigen. Secara medis tujuan ini dicapai melalui terapi farmakologi dan kontrol
terhadap faktor risiko. Secara bedah tujuan ini dapat dicapai melalui
revaskularisasi suplai darah jantung melalui bedah pintas arteri koroner atau
angiosplasti koroner transluminar perkutan (PCTA = percutaneous transluminal
coronary angioplasty). Biasanya diterapkan kombinasi antara terapi medisdan
pembedahan.
Tiga teknik utama yang menawarkan
penyembuhan bagi klien dengan penyakit arteri koroner mencakup penggunaan alat
intrakoroner untuk meningkatkan aliran darah, penggunaan laser untuk menguapkan
plak dan endarterektomi koroner perkutan untuk mengangkat obstruksi. Penelitian
yang bertujuan untuk membandingkan hasil akhir yang dicapai oleh salah satu
atau seluruh teknik di atas, melalui bedah pintas koroner dan PTCA sedang
dilakukan. Ilmu pengetahuan terus dikembangkan untuk mengurangi gejala dan
kemunduran proses angina yang diderita pasien.
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
Pengkajian
Intervensi
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Format
Pengkajian
1. Biodata
Pasien
a. Nama
: Tn. N
b. Umur
: 44 Tahun
c. Jenis
kelamin : Laki-laki
d. No.register
: 02-39-85
e. Alamat : Taman Bona Indah Blok A3 No 36 Lebak
Bulus
f. Status
perkawinan : Kawin
g. Keluarga
terdekat : Ny.S
h. Diagnosa
medis : Angina Pectoris
Stabil
2.
Anamnese
a. Riwayat
Keperawatan
resume Pengkajian
Pasien
datang ke poliklinik KUJ jam 10.00 wib tanggal, 23-januari 2013 dengan keluhan
nyeri dada, nyeri timbul disaat klien
beraktivitas berat, terasa seperti tertekan benda berat, rasa nyeri
terletak di daerah dada menyebar ke punggung, lengan kiri, dan rahang kiri,
timbulnya secara bertahap, rasa nyeri
timbul saat 2 jam sebelum masuk rumah sakit dan durasinya selama < 30 menit,
untuk mengatasi nyerinya dengan cara beristirahat, dan mengurangi aktivitasnya
klien mengatakan mempunyai riwayat Hipertensi, Hiperkolestrol, merokok, dan
obesitas,
Klien
mempunyai riwayat alergi obat seperti
aspirin dan postan. klien mengatakan sebelumnya klien tidak mempunyai riwayat
kecelakaan, dan klien tidak pernah dirawat dirumah sakit dan selama ini hanya
melakukan control ke poliklinik.
Klien
mengatakan dia menggunakan obat obatan seperti cordaron tetapi klien mengeluh
pusing sangat setelah meminum obat itu. Klien
mengatakan keluarganya mempunyai riwayat kesehatan seperti riwayat hipertensi,
hiperkolestrol dan riwayat obesitas. Setelah dilakukanya pemeriksaan diperoleh
data Td 110/70 mmHg, nadi 82x/menit, Rr 18x/menit dan suhu 36,50c
berat badan 97kg tinggi badan 162cm.
3. Pemeriksaan
Fisik Sistem Kardiovasculer
Pada pemeriksaan fisik sistem
kardiovaskuler terlihat warna kulit Tn.N pucat, pengisian kapiler 3 detik dan
tidak adanya distensi vena jugularis, selanjutnya pada dinding thorak teraba
kuat , dan temperature kulitnya hangat, dan tidak adanya edema.
Klien mengatakan terasa nyeri dada
timbulnya saat dia beraktivitas seperti tertimpa benda berat, dan hilangnya
nyeri saat istirahat, dan durasi nyeri <dari 30 ment , lokasi nyeri dada
menjalar ke lengan kiri, dan menjalar ke punggung belakang sampei ke rahang
bagian kiri.
4. Pemeriksaan
Laboratorium
a. Pemeriksaan
Darah
Hasil pemeriksaan enzim jantung :
1)
CK-MB 0,3ng/Ml (normalnya 0-3ng/ml)
2)
Troponin I 0,00ng/Ml (normalnya
< 0,4)
b. Pemeriksaan
Penunjang
1) Echokardiography :
a) Dimensi
ruang jantung : dalam batas normal
b) LV
fungsi sitolik baik EF 61 % (normalnya 55%-77% )
c) Analisa
segmental : hipokinetik apex wall, segment yang lain normokinetik
2) Ekg
:
SR, Terdapat ST di V2 V3
:
c. Terapi
Yang Telah Diberikan
1) Pletaal
2x50mg
2) Simvastatin 1x10mg
3) Angioten
1x50mg
4) Plavix 1x75mg
DATA FOKUS
Nama
:Tn. N
No. Rm : 02 -39- 85
Diagnosa Medik: APS
Data subjektif
|
Data objektif
|
·
Klien mengatakan
nyeri di daerah dada menjalar kepunggung
·
Klien mengatakan
keluar keringet dingin
·
Klien mengatakan
sehabis minum obat kepala nya terasa pusing .
·
Klien mengatakan
sulit tidur, berhubungan dengan perencanaan dilakukanya CAG .
·
Hasil MSCT terdapat
stenosis di LAD sekitar 60 %
|
1. Tingkat
kesadaran Compos mentis
2. Pemeriksaan
tanda tanda vital
a. TD : 110/70 mmHg
b. Nadi :83/menit
c. Suhu :36,50c
d. RR : 18/menit
e. BB : 97kg
f. TB :162
3. Ekg:
SR, Terdapat ST di V2 V3
4. Dari
hasil pemeriksaan enzim jantung
a. CK-MB
0,03ng/Ml ( normalnya 0-3ng/ml)
b. Troponin
I 0,00ng/Ml (normalnya < 0,4)
5. Hasil
Echokardiographi
a. Dimensi
ruang jantung : dalam batas normal
b. LV
funsi sitolik baik EF 61 % (normalnya 55%-77%)
c. Analisa
segmental : hipokinetik apex wall, segment yang lain normokinetik
6. Klien
terlihat cemas berhubungan dengan perencanaan dilakukanya CAG .
7. Status
nyeri
o P
: nyeri timbul disaat klien beraktivitas
berat
o Q
: nyeri timbul terasa tertekan benda berat
o R
: rasa nyeri terletak di daerah dada menyebar ke punggung, lengan kiri, dan
rahang kiri
o S
: dalam skala 1-10 pasien mengatakan nyeri di skala 4.
o T:
nyeri biasanya berlangsung < 30 menit
|
ANALISA
DATA
Nama :
Tn.N
No. Rm :
02- 39- 85
Diagnose medis : APS
No
|
Tanggal ditemukan
|
Data focus
|
Masalah keperawatan
|
Etiologi
|
Paraf
|
1
|
23-01-2013
|
Ds:
1.
Klien mengatakan
nyeri di daerah dada menjalar kepunggung
DO
:
2.
Pemeriksaan tanda
tanda vital
a. TD :
110/70 mmHg
b. Nadi :83/menit
c. Suhu :36,50c
d. RR : 18/menit
3.
Klien terlihat
gelisah dan cemas.
4.
hasil MSCT terdapat
stenosis di LAD sekitar 60 %
5.
Dari hasil
pemeriksaan enzim jantung
a. CK-MB
0,03ng/Ml (normalnya 0-3ng/ml)
b. Troponin
I 0,00ng/Ml (normalnya < 0,4)
6.
Hasil
Echokardiographi
a. Dimensi
ruang jantung : dalam batas normal
b. LV
funsi sitolik baik EF 61 % (normalnya 55%-77%)
c. Analisa
segmental : hipokinetik apex wall, segment yang lain normokinetik
7.
Status nyeri
o P
: nyeri timbul disaat klien beraktivitas
berat
o Q
: nyeri timbul terasa tertekan benda berat
o R
: rasa nyeri terletak di daerah dada menyebar ke punggung, lengan kiri, dan
rahang kiri
o S
: dalam skala 1-10 pasien mengatakan nyeri di skala 4.
o T:
nyeri biasanya berlangsung < 30 menit
|
Gangguan rasa nyaman
nyeri.
|
Iskemik miokardium
|
|
2
|
|
Ds
a.
Klien mengatakan
cemas
b.
Klien mengatakan
keluar keringet dingin
c.
Klien mengatakan
sulit tidur, berhubungan dengan perencanaan dilakukanya CAG .
DO:
1.
Pemeriksaan tanda
tanda vital
a. TD : 110/70 mmHg
b. Nadi :83/menit
c. Suhu :36,50c
d. RR : 18/menit
2.
Tingkat kesadaran
Compos mentis
3.
Klien terlihat cemas
berhubungan dengan perencanaan dilakukanya CAG .
|
Ansietas
|
direncanakan pre tindakan CAG standby PCI
|
|
RENCANA
ASUHAN KEPERAWATAN
Nama pasien :Tn.N
No RM :02 – 39- 85
Diagnosa Medik : APS
No
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Tujuan
kriteria hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Gangguan
rasa nyaman nyeri b.d Iskemik miokardium
|
Setelah dilakukan
tindakan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam pasien diharapkan tidak nyeri
lagi, dengan criteria hasil:
|
·
Anjurkan pasien untuk
memberi tahu perawat dengan cepat bila terjadi nyeri dada.
·
-Kaji dan catat
respon pasien /efek obat.
·
Identifikasi
terjadinya pencetus, bila ada frekuensi, durasi , intensitas, dan lokasi
nyeri.
·
Observasi gejala yang
berhubungan, contoh dispnea , mual atau muntah, pusing, palpitasi, keinginan
berkemih.
·
Evaluasi laporan nyeri
pada rahang, leher, bahu , tangan , atau lengan (khususnya pada sisi kiri).
·
Letakan pasien pada
istirahat total selama episode angina.
·
Tinggikan kepala
tempat tidur , bila pasien nafas pendek.
·
Pantau kecepatan/
irama jantung.
·
Pantau tanda vital
tiap 5 menit selama serangan angina.
·
Tinggal dengan pasien
yang mengalami nyeri atau tampak cemas.
·
Pertahankan tenang,
lingkungan nyaman, batasi pengunjung bila perlu.
·
Berikan makanan
lembut . biarkan pasien istirahat selama 1 jam setelah makan.
Kolaborasi :
·
Berikan oksigen
tambahan sesuai indikasi
·
Berikan antiangina
sesuai indikasi
o Nitrogliresin
:sublingual (nitrostat bukal atau tablet oral , sprei suplingual).
o Lanjutkan
tablet , kaplet , salep transmukosal, tablet kunyah ,(kerja panjang ) contoh
nitro –dur, transderm – nitro, isosorbid(isordil, sorbitrate).
o Penyekat
beta, contoh atenolol (tenormin) nadolol (corgad)metropolol (loppresor),
propanolol (inderal )
o Analgesik
contoh asetaminofen (tylenol).
o Morfin
sulfat
·
Pantau perubahan seri
ekg
|
· Nyeri
dan penurunan jantung dapat merangsang sistem saraf simpatis untuk
mengeluarkan sejumlah besar norepinefrin , yang meningkatkan agregasi
trombosit dan mengeluarkan tromboksane A2. Ini vasokonstriktor poten yang
menyebabkan spasme arteri koroner yang dapat mencetus , mengomplikasi dan /
memperlama serangan angina memanjang . nyeri tak bisa ditahan menyebabkan
respon vasovagal, menurukankan TD dan frekuensi jantung.
· Memberikan
informasi tentang kemajuan penyakit . alat dalam evaluasi keefektifan interfensi
dan dapat menunjukan kebutuhan perubahan program pengobatan.
· Membantu
membedakan nyeri dada dini dan alat evaluasi kemungkinan kemajuan menjadi
angina tidak stabil (angina stabil biasanya berakhir 3-5 menit sementara
angina tidak stabil lebih lama dan dapat berakhir lebih dari 45 menit ).
· Penurunan
curah jantung (yang terjadi selama episode iskemia miokard ) merangsang
sistem saraf simpatis/ parasimpatis , menyebabkan berbagai rasa sakit/sensasi
dimana pasien tidak dapat mengidentifikasi apakah berhubungan dengan episode
angina.
· Nyeri
jantung dapat menyebar, contoh nyeri sering lebih kepermukaan dipersarafi
oleh tingkat saraf spinal yang sama.
· Menurunkan
kebutuhan oksigen miokard untuk meminimalkan resiko cedera jaringan /
nekrosis.
· Memudahkan
pertukaran gas untuk menurunkan hipoksia dan nafas pendek berulang.
· Pasien
angina tidak stabil mengalami peningkatan distrimia yang mengancam hidup
secara akut, yang tejadi pada respon terhadap iskemia dan / atau stres.
· TD
dapat meningkat secara dini sehubungan dengan rangsangan simpatis kemudian
turun bila curah jantung di pengerahui. Takikardi juga terjadi pada respons
terhadap rangsangan simpatis dan dapat berlanjut sebagai kompensasi bila
curah jantung turun.
· Cemas
mengeluarkan katekolamin yang meningkatkan kerja miokard dan dapat
memanjangkan nyeri iskemi. Adanya perawat dapat menurunkan rasa takut dan
ketidakberdayaan.
· Stres
mental/emosi meningkatkan kerja miokard.
· Menurunkan
kerja miokard sehubungan dengan kerja pencernaan, menurunkan resiko serangan
angina.
· Meningkatkan
sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard/mencegah iskemia.
· Nitrogliserin
mempunyai standar untuk pengobatan mencegah nyeri angina selama lebih dari
100 tahun. Kini masih digunakan terapi anti angina cornerstone. Efek cepat
vasodilator berakhir 10-30 menit dan dapat digunakan secara profilaksis untuk
mencegah serangan angina. Ex : dapat meningkatkan angina vasospastik.
· Menurunkan
frekuensi dan beratnya serangan dengan menghasilkan vasodilatasi
panjang/kontinu. Dapat menyebabkan sakit kepala, pusing, sakit kepala karena
sinar, gejala yang biasanya cepat hilang. Bila sakit kepala tidak dapat
ditoleransi ubah dosis atau hentikan obat bila perlu.
· Menurunkan
angina dengan menurunkan kerja jantung.
· Biasanya
analgesik ampuh untuk menghilangkan sakit kepala yang disebabkan oleh
dilatasi pembuluh serebral pada respons terhadap nitrat.
· Analgesik
narkotik poten yang telah banyak memberikan efek menguntungkan, contoh
menyebabkan vasodilatasi perifer dan menurunkan kerja miokard, mempunyai efek
sedatif, untuk menghasilkan relaksasi, menghentikan aliran katekolamin vasokonstriksi
dan selanjutnya efektif menghilangkan nyeri dada berat. MS diberikan IV untuk
kerja cepat dan penurunan curah jantung mempengaruhi absorbsi jaringan
perifer.
· Iskemia
selama serangan angina dapat menyebabkan depresi segment ST atau peninggian
dan inversi gelombang T. Seri gambaran perubahan iskemia yang hilang bila
pasien bebas nyeri dan juga dasar yang membandingkan pola perubahan
selanjutnya.
|
2.
|
Ansietas b.d akan direncanakan pre tindakan PCI
|
Setelah dilakukan
tindakan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam, pasien diharapkan tidak cemas lagi, dengan
criteria hasil:
1) Menunjukkan
perasaan dan mengidentifikasi cara yang sehat dalam berhadapan dengan mereka
2) Tampil
santai, dapat beristirahat atau tidur cukup
3) Melaporkan
penurunan rasa takut dan cemas yang berkurang ketingkat yang dapat diatasi
4) menujukkan
strategi koping efektif atau keterampilan pemecahan masalah.
|
·
berikan lingkungan
yang nyaman
·
Jelaskan tujuan tes
dan prosedur contoh tes stress
·
tingkatkan ekspresi
perasaan dan takut contoh menolak, depresi, dan marah. Biarkan pasien atau
orang terdekat mengetahui ini sebagai reaksi normal.catat pernyataan masalah,
contoh serangan jantung tak dapat dielakkan
·
bertahu pasien
kemungkinan dilakukanya anastesi local , atas pinal dimana rasa pusing atau
mengantuk mungkin saja terjadi. Anastesi ini mungkin saja membutuhkan banyak
obat obatan sedative dan akan diberikan jika dibutuhkan dan bahwa penggunaan
tirai operasi akan menghalangi pandangan dari ruang operasi
·
dorong keluarga dan
teman untuk menggap pasien seperti sebelumnya
·
beritahu pasien
program medis yang telah dibuat untuk menurukan/membatasi serangan akan
dating dan meningkatkan stabilitas jantung
Kolaborasi
·
diskusikan penundaan
atau penangguhan , pembedahan dengan dokter, antesiologis pasien, keluarga
sesuai kebutuhan .
·
berikan obat sesuai
petunjuk , misalnya zat zat sedative hipnotis
tranquilizer IV
|
·
Suara gaduh dan
keributan akan meningkatkan ansietas.
·
Menurunkan cemas, dan
takut terhadap diagnose dan prognosis
·
Perasaan tidak
diekspresikan dapat menimbulkan kekacauan internal dan efek gambaran
diri.pernyataan masalah menurunkan tegangan , mengkalrifikasi tinfkat koping
dan memudahkan pemahaman perasaan . adanya bicara tentang diri negative
meningkatkan tingkat cemas dan eksaserbrasi serangan angina .
·
Mengurangi ansietas
atau rasa cemas bahwa pasien” melihat” prosedur
·
Meyakinkan pasien
bahwa peran dalam keluarga dan kerja tidak berubah .
·
Mendorong pasien
untuk mengontrol tes gejala (contoh:tak ada angina dengan aktivitas-aktivitas
tertentu. ) untuk meningkatkan kepercayaan pada program medis dan
mengintegrasikan kemampuan dalam presepsi diri .
·
mungkin diperlukan
jika rasa takut berlebihan tidak berkurang atau teratasi
·
mungkin diperlukan
untuk membantu pasien rileks , sampai secara fisik mampu untuk membuat
strategi koping adekuat.
|
TINDAKAN
KEPERAWATAN
Nama pasien :Tn.N
No RM :02 – 39- 85
Diagnosa Medik : APS
No
|
Dignosa
keperawatan
|
Tanggal
& jam
|
Implementasi
|
Ttd
|
1.
|
Gangguan rasa nyaman nyeri b.d Iskemik
miokardium
|
|
|
|
2.
|
Ansietas b.d krisis situasioanal , ketidak akraban
dengan lingkungan.
|
23-januari -2013
Jam 10.00WIB
|
·
memberikan lingkungan
yang nyaman
·
Menjelaskan tujuan
tes dan prosedur contoh tes stress
·
meningkatkan ekspresi
perasaan dan takut contoh menolak, depresi, dan marah. Biarkan pasien atau
orang terdekat mengetahui ini sebagai reaksi normal.catat pernyataan masalah,
contoh serangan jantung tak dapat dielakkan
·
mendorong keluarga
dan teman untuk menggap pasien seperti sebelumnya
·
memberitahu pasien
program medis yang telah dibuat untuk menurukan/membatasi serangan akan
datang dan meningkatkan stabilitas jantung
kolaborasi
·
mendiskusikan
penundaan atau penangguhan , pembedahan dengan dokter, antesiologis pasien,
keluarga sesuai kebutuhan .
·
memberikan obat
sesuai petunjuk , misalnya zat zat sedative hipnotis, tranquilizer IV
|
|
EVALUASI TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama pasien :Tn.N
No RM :02 – 39- 85
Diagnosa Medik : APS
No
|
Tanggal
& jam
|
Diagnose
keperawatan
|
Evaluasi
|
paraf
|
|
|
Gangguan rasa nyaman nyeri b.d Iskemik
miokardium
|
S :
O :
A :
P :
|
|
|
|
Ansietas b.d krisis situasioanal , ketidak akraban
dengan lingkungan
|
S : klien mengatakan
masih sedikit cemas berhubungan dengan
nanti hari jumat tanggal 25 01 2013 akan dilakukan CAG
O : klien terlihat
tidak gelisah kembali dan mampu melakukan ativitas seperti biasa..
TTV normal :
·
TD : 120/80 mmHg
·
Rr : 18 x / menit
·
N : 80 x / menit
·
S : 37 oC
A : masalah ansietas
pada pasien teratasi sebagian
P :
|
|
BAB
IV
Pembahasan
Kesenjangan
antara teori dan kasus:
A.
Pengkajian
Selama melakukan pengkajian penulis tidak
banyak menemukan kesulitan dalam hal memperoleh data baik dari klien maupun
dengan keluarga, serta status klien dengan menggunakan teknik wawancara,
observasi, dokumentasi, pemeriksaan fisik sehingga pengumpulan data berjalan
dengan baik
Bila dilihat dari pengkajian pada kasus, data
yang ada pada konsep teoritis pada umumnya terdapat pada kasus klien namun
masih ada kesenjangan yang penulis temukan
1. riwayat
kesehatan sekarang
2. riwayat
kesehatan dahulu
pada tinjauan teoritis dan tinjauan
kasus pasien mengatakan mempunyai riwayat hipertensi
3. riwayat
kesehatan keluarga
pada tinjauan kasus dan teoritis
penyebab hipertensi adalah karena kombinasi factor genetic dan dikeluarga
pasien ada yang menderita hipertensi juga.
4. Pemeriksaan
fisik
Pada tinjauan teoritis dan kasus
biasanya klien mengalami sakit kepala, mual, nyeri di daerah dada dan keringat
dingin.
B. Diagnosis
Keperawatan
Gangguan
rasa nyaman nyeri b.d Iskemik miokardium
Ansietas b.d krisis situasioanal , ketidak akraban
dengan lingkungan
C. Intervensi
Pada perencanaan keperawatan penulis dapat
menyusun rencana keperawatan yang mengacu pada tinjauan teoritis sesuai dengan
diagnosa keperawatan
D. Implementasi
Pada tahap pelaksanaan yang merupakan
penerapan dari rencana tindakan keperawatan, untuk mencapai hasil yang
diharapkan dengan mengacu pada tinjauan teoritis sesuai dengan masalah klien.
E. Evaluasi
Berdasarkan pada penelitian yang penulis
lakukan selama melakukan asuhan keperawatan pada Tn.R dengan diagnose medis APS
semua masalah hanya tertasi sebagian dikarenakan pasien menginginkan pulang
BAB
V
Penutup
A.
Kesimpulan
Angina
pectoris adalah suatu sindroma kronis dimana klien mendapat serangan sakit
dadakan di daerah sternum atau di bawah sternum (substernal) atau dada sebelah
kiri yang khas, yaitu seperti ditekan, atau terasa berat di dada yang
seringkali menjalar ke lengan kiri, kadang-kadang dapat menjalar ke punggung,
rahang, leher atau ke lengan kanan. Sait dada tersebut biasanya timbul pada
waktu pasien melakukan aktivitas dan segera hilang bila pasien menghentikan
aktivitasnya.( Prof. Dr.H.M.Sjaifoellah)
Noer,1996
Factor
penyebab angina pectoris
·
Aterosklerosis
·
Spasme arteri koroner
·
Anemia berat
·
Arthritis
·
Aorta insufisiensi
B.
Saran
a. Mahasiswa diharapkan lebih memahami konsep dari
penyakit angina pektoris sebagai dasar dalam memberikan asuhan keperawatan yang
berkualitas.
b. Mahasiswa harus mampu memberikan pengarahan dan
motivasi pada keluarga dengan klien yang menderita angina pektoris.
DAFTAR
PUSTAKA
Doenges, M.E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan.
Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Noer, H.M Sjaifoellah.1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Balai Penerbit FKUI: Jakarta.